Dusun Jangkang, yang terletak di Desa Jati, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, memiliki sejarah yang kaya dan menarik. Dahulu, dusun ini dikenal dengan nama "Mbiting," yang berarti "kancing." Nama ini mengandung makna bahwa Mbiting merupakan kunci atau penghubung penting dalam Desa Jati. Di sisi lain, nama "Jangkang" merujuk pada "cagak" atau tiang penyangga, yang menggambarkan peran pentingnya sebagai penopang utama desa ini. Suasana Dusun Jangkang yang masih asri dan indah, menyegarkan mata kita yang melihat.
Masyarakat di Dusun Jangkang memiliki kebiasaan unik dalam menyebut area balai desa. Meskipun balai desa terletak di wilayah Kembangan Lor, penduduk dusun ini lebih sering menyebutnya sebagai "Jati." Ini mencerminkan betapa kuatnya hubungan emosional dan sejarah antara masyarakat Jangkang dengan pusat desa mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari, mayoritas penduduk Dusun Jangkang adalah petani. Mereka dikenal dengan sebutan "petani bingung" karena keinginan mereka untuk menanam berbagai jenis tanaman, meskipun lahan yang dimiliki sangat terbatas. Petani di sini tidak terpaku pada satu jenis tanaman tertentu, melainkan menanam berbagai macam tanaman sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Pendekatan ini memiliki sisi positif, di mana mereka tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi harga tanaman tertentu. Misalnya, jika harga pete turun, mereka masih bisa mengandalkan tanaman lain seperti jengkol. Namun, kelemahannya adalah mereka tidak dapat memproduksi satu jenis tanaman dalam jumlah besar.
Dari segi budaya, Dusun Jangkang memiliki kesenian tradisional yang disebut Lengger. Kesenian ini dipercaya telah mendapatkan pengaruh dari budaya Islam, terlihat dari lirik- liriknya yang mengandung kata-kata seperti "Somilah," yang diyakini berasal dari kata "Bismillah," dan "Alo" atau "Elo," yang diyakini berasal dari kata "Allah." Kesenian ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana untuk menanamkan nilai- nilai religius dan sosial kepada generasi muda.
Dusun Jangkang juga dikenal dengan produk unggulannya, yaitu "Nanas Manja," singkatan dari "Nanas Manis dari Jangkang." Meskipun baru mulai dipasarkan, nanas ini memiliki cita rasa manis dan tekstur yang lebih berair dibandingkan dengan jenis nanas lainnya. Namun, daya tahannya yang lebih rendah dan tingkat produksi yang terbatas menjadi tantangan tersendiri bagi para petani.
Selain cerita-cerita kehidupan sehari-hari, Dusun Jangkang juga kaya akan legenda dan kisah-kisah mengenai tempat-tempat seperti "Simaling," "Kali Gepuk," dan "Siceger" juga menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Dusun Jangkang. Tempat-tempat ini memiliki cerita yang terkait dengan seorang maling yang sering mencuri, kemudian dihukum dengan cara yang mengerikan, di mana kepalanya dipotong dan ditancapkan di Siceger sebagai peringatan.
Dusun Jangkang juga memiliki UMKM besek, dimana mayoritas ibu-ibu di dusun Jangkang mempunyai keterampilan untuk membuat besek dari bambu. Besek berfungsi sebagai wadah dan biasanya digunakan sebagai wadah makanan ketika ada acara di dusun Jangkang.
Selain itu juga terdapat UMKM Cafe Cara Kene yang terletak di pintu depan dusun Jangkang. Tempat yang nyaman dengan suasana yang asri, serta minuman dan makanan yang sangat enak tentunya menjadi poin plus UMKM ini.