Pengalaman Berharga dari Mencoba Jalan-Jalan Pagi di Desa Jati
Pengalaman Kerja Kuliah Nyata (KKN) di Desa Jati, Kab. Bener, Purworejo meninggalkan kesan hangat di benak saya. Sebagai gambaran, saya tinggal di salah satu perumahan di Yogyakarta. Saya juga memiliki hobi jalan-jalan setiap pagi sekadar untuk menyegarkan pikiran sebelum memulai aktivitas lainnya. Ketika ditugaskan KKN di Desa Jati, saya tidak memiliki gambaran akan seperti apa tempatnya. Begitu sampai, saya disambut dengan Lokawisata Sikepel yang penuh rimbunan pohon pinus berjajar. Semakin masuk kedalam, jalan yang ditempuh memiliki medan naik-turun dengan pepohonan sama rimbun namun lebih beragam jenisnya. “Rindang sekali,” pikir saya waktu itu.
Menjelang pagi, kurang lebih pukul 05.30, saya berinisiatif untuk mencoba aktivitas yang biasa saya lakukan ketika di rumah, jalan-jalan pagi. Udara sejuk menyambut saya tepat ketika membuka pintu pondokan yang terletak di dusun Winong. Saya pun mengajak beberapa kawan KKN untuk ikut bersama. Sepanjang jalan, saya terkesan dengan betapa aktivitas warga sudah dimulai sedini ini. Bukan hanya ibu-ibu, namun juga bapak-bapak, tidak terbatas dari kalangan usia tertentu. Dibandingkan dengan apa yang saya lihat disini, lingkungan rumah saya jarang menunjukkan ramainya aktivitas warga sepagi ini.
Pada waktu berjalan, saya melihat Bapak Kepala Desa, Rahmat Saptono, sedang menanam tanaman kacang. Kami berbincang mengenai apa yang sedang beliau kerjakan dan sedikit cerita dibalik kebiasaannya menanam. Sebagai gambaran, mayoritas penduduk di desa Jati adalah petani. Berbagai tanaman dapat dengan mudah ditemui di halaman depan setiap rumah warga. Bapak Kepala Desa sendiri memulai kebiasaan menanam berbagai tanaman ini bersama istri dan anaknya. Ini dilakukan selain sebagai contoh bagi masyarakat lain, juga untuk memenuhi pasokan bahan atau bumbu memasak yang bisa diambil dari hasil bumi yang dikelola sendiri. Tidak jarang dalam berbagai kesempatan, pasangan kepala desa ini membagikan pengalamannya menanam pada acara perkumpulan warga untuk semakin membangkitkan semangat kemandirian pangan di Desa Jati.
Di lain kesempatan, saya melihat warga desa khususnya ibu-ibu menyapu halaman rumah hingga bahu jalan utama. Setiap mereka memberi senyum ramah sekaligus menanyakan arah tujuan saya, bahkan beberapa meminta saya mampir masuk ke rumahnya sekadar untuk minum dan beristirahat sejenak. Diri saya merasa disambut hangat dan terbuka di desa ini. Keramahan seperti ini jarang saya dapatkan ketika berada di kota. Bagi saya mereka adalah guru, saya belajar banyak mengenai ramah-tamah dan kebaikan hati tanpa memandang status hubungan.
Selain itu, kebiasaan warga desa yang juga saya lihat adalah berjemur di bawah terik matahari pagi atau yang biasa disebut dengan kekaring. Kebiasaan ini baik untuk kesehatan tubuh dalam membentuk vitamin D yang berguna bagi pertumbuhan dan kekuatan tulang. Tidak heran banyak saya lihat orang tua yang masih aktif dan lincah dalam berkegiatan sehari-hari. Sedikit banyak peran kekaring akan bermanfaat bagi kesehatan tubuh mereka. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak banyak yang dibawa oleh orang tuanya ikut kekaring sekaligus menikmati sejuknya udara pagi.
Pengalaman saya berjalan kaki pagi di desa Jati sendiri memberikan sensasi yang berbeda dari biasanya dalam artian yang menyenangkan. Sebetulnya jalanan disini banyak dipenuhi jalanan menanjak dan menurun, namun bukan lelah yang saya rasakan melainkan seru lantaran disuguhi pengalaman yang beragam baik dari alamnya maupun masyarakatnya. Setiap jalan yang saya lalui, saya menemukan berbagai objek pemandangan yang bisa saya nikmati. Tidak mengherankan karena Desa Jati sendiri sudah diberi predikat Desa Wisata oleh Dinas Kebudayaan setempat sehingga banyak pemandangan menakjubkan yang masih asri dan belum terjamah pembangunan berarti.
Pengalaman KKN di desa Jati kemudian terkesan seperti sedang melepas penat dan liburan. Saya menemui banyak pelajaran hidup dan kearifan lokal masyarakat khususnya dalam hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan Tuhannya. Menurut saya, Desa Jati di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, menyandang predikat desa wisata bukan hanya karena alamnya yang menarik namun juga filsafah masyarakatnya. Oleh karenanya desa ini begitu berkesan bagi saya bahkan selepas KKN ini selesai.