Dusun Kliwonan memiliki sejarah yang unik dan erat kaitannya dengan tradisi mengaji. Awalnya, kegiatan mengaji diinisiasi oleh seorang tokoh dari daerah Kembang Kidul. Hal ini terjadi karena masjid tertua, peninggalan Haji Abdullah, berada di Desa Jati dengan pusat kegiatan di Kembang Kidul. Seiring berjalannya waktu, kegiatan mondok di Kembang Kidul semakin berkurang dan akhirnya tidak ada lagi santri yang mondok di sana. Oleh karena itu, kegiatan mondok pun berpindah ke Dusun Kliwonan, di mana masih ada santri yang mondok dan belajar di bawah bimbingan seorang kiai.
Nama "Kliwonan" sendiri memiliki hubungan erat dengan tradisi orang Jawa. Dalam budaya Jawa, acara mengaji sering kali diadakan pada hari Kliwon. Oleh karena itulah, dusun ini dinamakan "Kliwonan" untuk menghormati dan mengenang tradisi mengaji yang diadakan setiap hari Kliwon dan Masjid Nurul Huda menjadi tempat kegiatan mengaji masyarakat dusun kliwonan.
Dusun Kliwonan meraih Piala Bergilir dalam acara karnaval pada tahun 2015. Prestasi ini mencerminkan kreativitas dan semangat komunitas dusun dalam berpartisipasi dalam acara tersebut. Karnaval ini dikenal dengan berbagai kreasi dan inovasi yang ditampilkan oleh peserta, dan pencapaian ini menjadi salah satu bentuk apresiasi atas dedikasi dan usaha masyarakat Dusun Kliwonan dalam berkreasi dan berkontribusi pada acara tersebut.
Mayoritas penduduk Dusun Kliwonan bekerja sebagai petani dan tukang batu. Selain bertani dan berkebun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka juga aktif dalam sektor konstruksi sebagai tukang batu. Sementara itu, para ibu di dusun ini umumnya terlibat dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan fokus pada produksi anyaman besek, sebuah kerajinan tradisional yang cukup populer.
Dusun kliwonan ini dipimpin oleh Bapak Qoidurrohman, dimana di Dusun ini terdiri dari satu RW, yaitu RW 05 yang dipimpin oleh Bapak Wahid, dan dua RT di bawahnya. RT 01 dipimpin oleh Bapak Fajar Madhan Anas dan RT 02 dipimpin oleh Bapak Wakito.
Dusun Kliwonan terdiri dari 70 kepala keluarga (KK) yang tersebar di berbagai RT. Dengan jumlah penduduk yang cukup beragam, dusun ini memiliki komunitas yang aktif dan dinamis. Warga dusun saling bekerja sama melalui berbagai kegiatan kelompok, seperti kelompok Dasa Wisma, untuk menjaga kebersamaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan kelompok-kelompok ini membantu mengoordinasikan kegiatan sosial dan ekonomi, serta mempererat hubungan antarwarga di Dusun Kliwonan.
Dusun Kliwonan memiliki empat kelompok Dasa Wisma yang tersebar di berbagai wilayah kliwonan untuk mengorganisir kegiatan warga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dasa Wisma Menur berada di RT 02 bagian timur. Dasa Wisma Kana terletak di bagian utara RT 02. Di RT 01, terdapat Dasa Wisma Asoka di bagian atas, sedangkan Dasa Wisma Bougenville berada di bagian bawah RT 01. Masing-masing Dasa Wisma ini berperan penting dalam mendukung kesejahteraan dan kebersamaan warga Dusun Kliwonan.
Kesenian yang terkenal di Dusun Kliwonan adalah drumband. Kelompok drumband ini sering tampil di berbagai acara, baik di dalam desa maupun di luar kecamatan, menunjukkan kemampuan mereka dalam berkreasi dan berkontribusi pada acara-acara lokal. Sebelum pandemi COVID-19, drumband Kliwonan sangat laris dan sering diundang untuk tampil di berbagai tempat. Anggota drumband terdiri dari anak-anak muda yang terlibat dalam Karang Taruna, yang berperan penting dalam menjaga dan mengembangkan tradisi kesenian ini.
Adapun tokoh agama yang di hormati di Dusun Kliwonan adalah Bapak Ikhsan. Beliau merupakan keturunan Habib Dahlan, dan peran keagamaan dalam keluarganya telah diwariskan secara turun-temurun. Sebagai seorang pemimpin di Masjid Nurul Huda, Bapak Ikhsan dikenal luas tidak hanya di Dusun Kliwonan, tetapi juga di dusun-dusun sekitarnya. Banyak anak-anak dari berbagai dusun datang ke Madrasah Diniyah di Dusun Kliwonan untuk belajar agama.
Dusun Kliwonan selalu menjadi tuan rumah untuk acara tasyakuran. Di dusun ini terdapat balai desa, yang berfungsi sebagai pusat administrasi dan kegiatan komunitas. Selain itu, terdapat juga sekolah dan taman kanak-kanak (TK) yang mendukung pendidikan anak-anak di wilayah tersebut. Masjid Nurul Huda, sebuah masjid besar, berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial. Keberadaan fasilitas-fasilitas ini menjadikan Dusun Kliwonan sebagai pusat aktivitas masyarakat dan tempat berkumpul.
Dusun Kliwonan memiliki tempat bersejarah yang dikenal sebagai Makam Silengkung. Makam ini menjadi penting karena merupakan tempat peristirahatan terakhir Mbah Syarifudin, yang juga dikenal sebagai Mbah Botsoro. Mbah Syarifudin adalah seorang santri dari Pangeran Diponegoro, yang menambah nilai historis dari makam ini. Makam Silengkung tidak hanya terletak di Dusun Kliwonan, tetapi juga mencakup area di tiga dusun: Kliwonan, Kembangan Lor, dan Kembangan Kidul.