Dusun Kembangan Lor, merupakan bagian integral dari Desa Jati di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, menyimpan karakteristik unik yang mencerminkan kekayaan budaya serta sejarah yang mendalam. Dusun ini telah lama dikenal sebagai pusat berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal. UMKM ini bukan sekadar kegiatan ekonomi, tetapi juga menjadi manifestasi dari keterampilan dan kreativitas warga Kembangan Lor yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu bentuk dari kekayaan ini terlihat dalam kerajinan bonsai dan anyaman bambu yang menjadi produk unggulan dusun ini. Keahlian dalam mengolah bambu menjadi produk anyaman yang indah dan merawat bonsai menjadi seni yang tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga kultural. Kerajinan tangan ini tidak hanya menyediakan sumber pendapatan bagi warga setempat, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya Kembangan Lor yang dihargai baik di dalam maupun di luar daerah. Produk-produk ini tidak hanya dijual di pasar lokal, tetapi juga telah menarik perhatian pembeli dari luar daerah, menjadikan Kembangan Lor sebagai pusat kerajinan yang memiliki daya tarik tersendiri.
Selain kekayaan kerajinan tangan, Kembangan Lor juga memiliki keunggulan dalam dunia kuliner. Panorama kulinernya yang kaya dan beragam menjadi daya tarik lain yang tidak kalah pentingnya. Hidangan khas seperti nasi mumuk, yang dimasak dengan cara tradisional yang unik dan memiliki cita rasa yang khas, menjadi salah satu ikon kuliner dusun ini. Nasi mumuk tidak hanya menjadi makanan sehari-hari bagi warga Kembangan Lor, tetapi juga menjadi sajian istimewa bagi tamu yang datang. Tempura dan sempolan, yang merupakan makanan ringan populer, juga memperkaya variasi kuliner lokal, mencerminkan kreativitas masyarakat dalam mengolah bahan-bahan sederhana menjadi hidangan yang lezat. Tidak ketinggalan, berbagai olahan berbahan dasar ikan lele serta ayam juga menunjukkan kekayaan sumber daya alam dan tradisi kuliner yang dimiliki dusun ini. Keberagaman kuliner ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung dari luar daerah, menjadikan Kembangan Lor sebagai destinasi kuliner yang menarik. Bagi warga setempat, makanan-makanan ini bukan hanya sekadar pemenuhan kebutuhan sehari-hari, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang mereka banggakan.
Sejarah Kembangan Lor yang panjang dan kaya tidak bisa dipisahkan dari warisan budayanya. Makam- makam tua yang tersebar di daerah ini menjadi bukti kuat dari akar sejarah yang dalam. Makam leluhur seperti Mbah Dipo Leksono dan Setono Budho tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga menjadi situs ziarah yang dihormati oleh masyarakat setempat. Makam-makam ini berfungsi sebagai penghubung antara masa lalu dan masa kini, memberikan rasa keterikatan dan penghormatan terhadap leluhur. Di setiap tahunnya, masyarakat sering mengadakan kegiatan ziarah yang menggabungkan unsur keagamaan dan budaya, menjadikan makam-makam ini sebagai pusat kegiatan sosial dan spiritual. Tradisi ini mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga hubungan dengan leluhur mereka, serta menghargai nilai-nilai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Seni bela diri juga memiliki tempat yang istimewa di Kembangan Lor. Pencak silat yang dikenal sebagai "Gerak Muda" menjadi salah satu bentuk ekspresi budaya yang terus dilestarikan. Seni bela diri ini bukan hanya sekadar latihan fisik, tetapi juga sarana untuk menanamkan nilai-nilai filosofi, seni gerak, dan moral dalam kehidupan sehari-hari. "Gerak Muda" menjadi media pembelajaran bagi generasi muda, mengajarkan mereka tentang disiplin, penghormatan, dan pentingnya menjaga keseimbangan antara kekuatan fisik dan mental. Seni bela diri ini juga menjadi bagian penting dalam berbagai upacara dan perayaan adat, mengukuhkan perannya dalam melestarikan budaya lokal. Melalui "Gerak Muda", masyarakat Kembangan Lor mampu menjaga warisan budaya sekaligus membentuk karakter generasi muda yang kuat dan bermoral.
Namun, yang paling menonjol dari kekayaan budaya Kembangan Lor adalah seni pertunjukan Kuntulan. Seni ini lahir di dusun ini pada tahun 1981 dan telah berkembang menjadi salah satu bentuk ekspresi budaya yang paling dihargai oleh masyarakat setempat. Kuntulan menggabungkan gerakan dan syair Jawa dalam sebuah pertunjukan yang penuh makna, menjadikannya lebih dari sekadar hiburan. Seni ini berfungsi sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan sosial, yang relevan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Proses persiapan dan pelaksanaan Kuntulan melibatkan berbagai lapisan masyarakat, menjadikannya sebagai kegiatan yang mempererat ikatan sosial dan kebersamaan. Seni Kuntulan menjadi cerminan dari jiwa dan semangat masyarakat Kembangan Lor, menunjukkan bagaimana budaya lokal dapat beradaptasi dan berkembang tanpa kehilangan esensinya.
Legenda tentang asal-usul Kembangan Lor juga menyimpan cerita yang menarik dan sarat makna. Dikisahkan bahwa Kembangan Lor dan Kidul dulunya bersatu seperti bunga yang mekar dan layu dalam siklus waktu tertentu. Legenda ini menggambarkan dinamika hubungan antara dua wilayah yang mungkin pernah mengalami kerja sama erat serta tantangan dalam hubungan tersebut. Kisah ini tidak hanya menjadi cerita rakyat yang menarik, tetapi juga mengandung pesan tentang pentingnya persatuan dan pemahaman akan siklus alami dalam kehidupan bermasyarakat. Legenda ini menjadi bagian dari kekayaan narasi budaya Kembangan Lor, yang masih dipelihara dan diceritakan dari generasi ke generasi.
Meskipun beberapa tradisi lama telah berubah atau bahkan menghilang, seperti kesenian Garuloco yang kini telah punah, hal ini tidak mengurangi semangat berkesenian di Kembangan Lor. Kehilangan Garuloco justru menunjukkan evolusi budaya yang terus berlangsung di dusun ini. Punahnya sebuah tradisi bukan berarti hilangnya semangat berkesenian, melainkan transformasi ke dalam bentuk-bentuk baru yang lebih relevan dengan zaman. Ini menunjukkan kemampuan masyarakat Kembangan Lor untuk beradaptasi dengan perubahan sambil tetap menghargai akar budaya mereka. Fleksibilitas dan keterbukaan terhadap perubahan inilah yang memungkinkan Kembangan Lor tetap relevan di era modern.
Meskipun dusun ini belum memiliki tempat wisata resmi karena keterbatasan lahan, semangat kreatif warga Kembangan Lor tetap hidup dan berkembang. Kreativitas ini tercermin dari inisiatif warga yang menghiasi sepanjang jalan dusun dengan spot-spot selfie yang menarik, yang menunjukkan adaptasi terhadap tren modern. Ini tidak hanya membuat Kembangan Lor lebih menarik secara visual, tetapi juga menciptakan ruang publik yang interaktif dan menyenangkan. Spot-spot selfie ini tidak hanya menarik minat warga lokal tetapi juga pengunjung dari luar daerah, menjadikan Kembangan Lor sebagai destinasi wisata alternatif yang unik.
Salah satu bukti nyata dari dinamisme dan kreativitas masyarakat Kembangan Lor adalah plang penyambut masyarakat yang selalu berubah-ubah. Perubahan plang ini bukan sekadar variasi estetika, tetapi mencerminkan semangat pembaruan dan keinginan untuk terus memberikan kesan yang segar bagi pengunjung. Plang ini juga menjadi simbol dari keterbukaan masyarakat terhadap ide-ide baru dan perubahan positif. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun masyarakat Kembangan Lor kaya akan tradisi, mereka tetap terbuka terhadap inovasi dan perkembangan.
Karakteristik yang paling menonjol dari warga Kembangan Lor adalah spontanitas mereka dalam merealisasikan ide. Semangat gotong royong yang kuat memungkinkan ide-ide kreatif cepat terwujud menjadi aksi nyata. Spontanitas ini menunjukkan efisiensi dalam pelaksanaan proyek-proyek komunitas dan mencerminkan kohesi sosial yang kuat. Ini juga menandakan fleksibilitas dan keterbukaan masyarakat terhadap inovasi, yang sangat penting dalam menghadapi tantangan dan peluang di era modern. Melalui semangat gotong royong dan kreativitas, Kembangan Lor mampu mempertahankan tradisi sambil beradaptasi dengan perkembangan zaman.